Jakrta, Green Fores – Harita Nickel merancang program tanggung jawab sosial (CSR) yang berbasis lima pilar utama: pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan pengembangan infrastruktur. Kelima pilar ini diterapkan secara komprehensif untuk mendukung kesejahteraan jangka panjang masyarakat di sekitar area operasional, khususnya di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Di bidang pendidikan, misalnya, perusahaan memberikan beasiswa, pelatihan keterampilan, dan peningkatan akses belajar untuk anak-anak dan remaja setempat. Program di bidang kesehatan mencakup layanan pengobatan gratis, pemeriksaan kesehatan berkala, kampanye gizi, dan pelatihan kader kesehatan desa.
Pilar ekonomi diwujudkan melalui dukungan modal dan pendampingan usaha kecil menengah (UMKM) serta inisiatif pertanian lokal, agar masyarakat mampu meningkatkan pendapatan dan kemandirian ekonomi. Perhatian pada lingkungan terlihat dalam program reklamasi lahan pasca-tambang, pengelolaan limbah ramah lingkungan, serta konservasi keanekaragaman hayati untuk memulihkan ekosistem pulau. Sementara itu, pembangunan infrastruktur seperti perbaikan jalan desa, jembatan, dan fasilitas umum – dimaksudkan untuk meningkatkan konektivitas dan kualitas hidup penduduk. Dengan cakupan kegiatan yang luas di Pulau Obi dan desa-desa sekitarnya, Harita Nickel berupaya mewujudkan sinergi antara operasional tambang dan pembangunan masyarakat lokal.
Program Pendidikan dan Kesehatan
Dalam pilar pendidikan, Harita Nickel meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan mutu dan akses pendidikan. Salah satu inisiatif unggulan adalah “Rumah Belajar Komunitas”, yang dilaksanakan di beberapa desa sekitar tambang. Program ini mendukung kegiatan belajar mengajar anak-anak dengan metode kreatif dan interaktif, serta mendorong peran serta orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan. Selain itu, perusahaan menyediakan beasiswa bagi pelajar berprestasi, mengadakan pelatihan guru dan tenaga pendidik, serta membangun atau merenovasi gedung sekolah demi menunjang proses belajar. Secara keseluruhan, fokus pendidikan CSR Harita Nickel membantu meningkatkan tingkat melek huruf dan keterampilan generasi muda di Obi, sekaligus membuka jalan bagi kesempatan kerja yang lebih baik di masa depan.
Di bidang kesehatan, Harita Nickel rutin mengadakan kegiatan kesehatan masyarakat di wilayah ring-1 tambang. Kegiatan tersebut meliputi klinik keliling, penyuluhan kesehatan, imunisasi, dan pengobatan gratis bagi warga yang membutuhkan. Program terpadu “Soligi Zero Stunting” menjadi contoh konkret komitmen di sektor ini. Program ini berjalan di Desa Soligi dengan tujuan menurunkan angka anak kurang gizi (stunting) melalui pendekatan holistik: penyediaan layanan kesehatan gizi, pelatihan kader posyandu, serta edukasi gizi berbasis pangan lokal. Hasilnya, hingga pertengahan 2025 sebagian besar anak yang sebelumnya mengalami stunting berhasil pulih; misalnya 21 dari 25 anak yang ikut program ini terbebas dari status stunting.
Selain itu, Harita Nickel memperkuat pusat kesehatan desa dan posyandu di area sekitar tambang, sehingga akses layanan kesehatan dasar menjadi lebih merata. Dengan demikian, program kesehatan CSR Harita Nickel secara nyata meningkatkan kesejahteraan fisik masyarakat dan membangun budaya hidup sehat di Pulau Obi.
Penghargaan Subroto dari Kementerian ESDM
Penghargaan Subroto adalah gelar tertinggi yang diberikan Kementerian ESDM kepada perusahaan dan lembaga berprestasi di bidang energi dan sumber daya mineral. Setiap tahun, ratusan bahkan ribuan badan usaha pertambangan diajak berpartisipasi dalam proses seleksi ketat, terutama pada kategori Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang inovatif. Perusahaan diminta mendaftarkan program CSR unggulnya sesuai kriteria, kemudian tim penilai yang terdiri dari pejabat Kementerian, akademisi, dan praktisi akan memverifikasi langsung inovasi, efektivitas, dan keberlanjutan program tersebut.
Harita Nickel berhasil menoreh prestasi gemilang pada ajang Subroto Award 2025. Pada perayaan puncak di Jakarta, Harita Nickel meraih dua kategori sekaligus: Kategori Pendidikan (dengan program Rumah Belajar Komunitas) dan Kategori Kesehatan (dengan program Soligi Zero Stunting). Penghargaan ini merupakan pengakuan pemerintah atas komitmen perusahaan dalam menerapkan praktik pertambangan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Mekanisme penilaian yang berat membuat kemenangan ini semakin bermakna: hanya sebagian kecil perusahaan terbaik yang memperoleh apresiasi, berdasarkan kriteria keunggulan inovasi, manfaat bagi masyarakat, dan keberlanjutan hasil.
Tanggapan Warga dan Aktivis
Di sisi lain, pelaksanaan program CSR Harita Nickel tidak lepas dari sorotan kritis masyarakat dan aktivis lokal. Sejumlah warga Pulau Obi mengungkapkan kekhawatiran tentang distribusi dana CSR yang belum sepenuhnya transparan. Misalnya, para mahasiswa asal Obi pernah menuntut agar pengelola dana CSR mengumumkan penerima manfaat dengan jelas, karena banyak yang merasa tidak pernah menerima bantuan yang dijanjikan meski sudah menjadi masyarakat lingkar tambang.
Selain itu, ada keluhan terkait kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Pada tahun 2025, seorang tokoh masyarakat desa Kawasi, Riski Jouronga, memimpin aksi protes menuntut penyediaan listrik oleh perusahaan, karena masyarakat masih kesulitan akses listrik. Protes itu berujung pada pelaporan hukum terhadap Riski (dituduh pencemaran nama baik), suatu kasus yang mengundang kecaman dari kelompok advokasi lingkungan. Banyak pihak menilai tindakan hukum tersebut sebagai upaya membungkam suara kritis warga.
Aktivis lingkungan dan hak asasi manusia di Maluku Utara juga menyuarakan keprihatinan terhadap dampak industrialisasi nikel di wilayah mereka. Beberapa organisasi mengkritik bahwa program CSR tidak boleh hanya menjadi “lapisan kepercayaan” tanpa memperbaiki kondisi fundamental. Contohnya, relokasi sebagian warga Desa Kawasi ke lokasi perumahan baru (“Ecovillage” yang dibangun Harita Nickel) dianggap sebagai penggusuran terselubung oleh pegiat lingkungan. Mereka menyoroti bahwa tanah lama Kawasi dulunya kawasan gambut dan sumber pangan (sagu), sehingga perpindahan paksa dapat menimbulkan risiko bencana alam dan kehilangan mata pencaharian. Kelompok seperti WALHI Maluku Utara dan JATAM juga menilai kerusakan lahan hutan serta potensi pencemaran laut akibat kegiatan pertambangan belum sepenuhnya ditangani. Dalam pandangan mereka, CSR yang baik seharusnya selaras dengan upaya mitigasi dampak lingkungan. Kritik-kritik ini menekankan pentingnya dialog terbuka: CSR harus dirasakan manfaatnya luas oleh komunitas lokal, bukan hanya sebagai alat legitimasi.
Sorotan Media Nasional
Keberhasilan Harita Nickel meraih Penghargaan Subroto 2025 mendapat sorotan positif di berbagai media nasional, terutama yang bergerak di bidang energi dan bisnis. Berita-berita industri menampilkan perusahaan ini sebagai contoh penerapan prinsip ESG (Environment, Social, Governance) dalam industri pertambangan nikel. Liputan media menekankan dua program unggulan yang mendapatkan penghargaan, yaitu program literasi Rumah Belajar Komunitas dan program gizi Soligi Zero Stunting, lengkap dengan cuplikan hasil nyata yang dicapai. Media juga mengutip pernyataan pimpinan perusahaan yang menegaskan bahwa penghargaan tersebut adalah bukti komitmen berkelanjutan Harita Nickel dalam menyejahterakan masyarakat. Selain media industri, beberapa portal berita nasional melaporkan acara Malam Anugerah Subroto, menyorot bahwa Harita Nickel sukses membawa dua tropi di kategori pendidikan dan kesehatan. Melalui pemberitaan ini, prestasi perusahaan diangkat sebagai capaian nasional yang memberi nilai tambah bagi citra industri pertambangan Indonesia.
Secara keseluruhan, Harita Nickel telah mengembangkan program CSR yang komprehensif dan mendapat pengakuan luas. Lima pilar CSR perusahaan dirancang untuk menjawab berbagai aspek kebutuhan masyarakat Pulau Obi, mulai dari pendidikan dan kesehatan hingga ekonomi dan lingkungan, serta didukung dengan pembangunan infrastruktur lokal. Keberhasilan meraih dua kategori penghargaan Subroto 2025 menegaskan bahwa program inovatif Harita Nickel di bidang pendidikan dan kesehatan diakui pemerintah sebagai yang terbaik di tingkat nasional. Namun, kritik yang dilontarkan oleh sebagian warga dan aktivis menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR adalah proses yang kompleks. Isu transparansi, pemerataan manfaat, serta dampak lingkungan masih menjadi perhatian penting. Dengan kata lain, sementara prestasi perusahaan patut diapresiasi, suara kritis masyarakat perlu dijadikan bahan evaluasi untuk memastikan bahwa program CSR benar-benar berpihak pada kesejahteraan warga setempat. (GF/Tim)
